Profile picture for user vikasyauqy_1
Indonesia

Jejak Wirakarya: 143 RTLH, Aksi Nyata 6.700 Pramuka Jatim untuk Masyarakat

Kami terinspirasi langsung oleh amanat Tri Satya—khususnya butir “Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat”—serta nilai-nilai Dasa Dharma untuk menghadirkan pendidikan karakter yang nyata melalui pengabdian sosial. Di Jawa Timur, inspirasi itu diterjemahkan menjadi program unggulan pemugaran 143 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebagai wujud kepedulian Pramuka terhadap warga prasejahtera dan kontribusi konkret pada percepatan pembangunan daerah. Program ini kami rancang sebagai implementasi nyata pendidikan karakter berbasis aksi kemanusiaan, bukan sekadar slogan. 

Latar sosial-ekonomi memperkuat urgensi: tingkat kemiskinan Jawa Timur per September 2024 mencapai 9,56% (sekitar 3,893 juta jiwa), di atas rata-rata nasional 8,57% (sekitar 24,06 juta jiwa); artinya Jatim menyumbang kira-kira 16,2% dari total penduduk miskin Indonesia. Meski ada penurunan kemiskinan ~89.900 jiwa (Maret–September 2024) dan lebih dari 600 ribu jiwa dalam lima tahun terakhir—dengan kontribusi Jatim >30% terhadap penurunan nasional di tahun 2024—tantangan kualitas hidup dan ketimpangan wilayah masih besar, terutama terkait hunian layak dan layanan dasar. Karena itu, pemugaran RTLH kami posisikan sebagai strategi yang sejalan dengan kebijakan Jatim Sejahtera dan Mulia (Satya) untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem. 

Di level global, kami selaraskan dengan SDGs: SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), SDG 10 (Berkurangnya Kesenjangan), dan SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan)—karena RTLH adalah persoalan kemiskinan multidimensi yang menyentuh kesehatan, pendidikan anak, sanitasi, dan rasa aman. Proyek ini juga berada dalam payung gerakan global kepanduan (WOSM) seperti Scouts for SDGs, Messengers of Peace (MoP), dan Earth Tribe, termasuk jejaring kemitraan dengan UNICEF dan UN-Habitat, sehingga nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial kami hadirkan melalui aksi yang terstruktur dan berdampak. Semua ini diteguhkan sebagai kontribusi menuju SDGs 2030 dan Indonesia Emas 2045.

Pelaksanaan berada di bawah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur dan digerakkan oleh lebih dari 6.700 Pramuka Penegak dan Pandega lintas kabupaten/kota. Kami menggunakan pendekatan Perkemahan Wirakarya sebagai wahana pendidikan nonformal berbasis proyek sosial: memugar 143 RTLH sekaligus memperbaiki sanitasi (pembangunan/pembenahan MCK, drainase, penyuluhan PHBS), dan memperkuat gotong royong warga. Prosesnya terkoordinasi, partisipatif, dan melibatkan masyarakat setempat sebagai subjek pembangunan—bukan sekadar penerima manfaat. 

Selain pemugaran RTLH, kami jalankan program pendukung yang relevan dan saling menguatkan: Aksi Bersih Sungai, Bersih Desa & Lingkungan, Bersih Selokan, Pembersihan Mushola & Masjid, Donor Darah, dan Pemeriksaan Gizi Gratis. Rangkaian kegiatan ini kami desain untuk menjawab kebutuhan dasar komunitas, memperbaiki lingkungan hidup, serta memperkuat jejaring sosial antarwarga. Di saat yang sama, anggota belajar kepemimpinan, kemandirian, kerja tim lintas kwarcab, serta etika pelayanan berbasis empati—menjadikannya laboratorium karakter yang hidup. 

Kerangka eksekusi kami sepenuhnya selaras dengan inisiatif WOSM (Scouts for SDGs, MoP, Earth Tribe) dan praktik kemitraan (UNICEF, UN-Habitat), sehingga kegiatan lapangan mendapatkan dukungan edukatif, lingkungan, dan kemanusiaan yang komprehensif. Dengan demikian, proyek tidak berhenti pada hasil fisik, tetapi menjadi proses pembelajaran sosial yang berkelanjutan bagi peserta dan komunitas.

Dampak dari Program Wirakarya Daerah Jawa Timur dapat membantu dalam mengatasi sebagai beriku:

  1. Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebanyak 143 unit.
    Kegiatan utama PW adalah memperbaiki hunian keluarga prasejahtera agar lebih aman, sehat, dan layak dihuni. Dampak langsungnya adalah meningkatnya kualitas hidup 143 kepala keluarga di berbagai daerah Jawa Timur, sekaligus mengurangi kerentanan kesehatan dan keselamatan mereka.
  2. Peningkatan keterampilan kepemimpinan dan karakter lebih dari 6.700 Pramuka Penegak dan Pandega.
    Melalui keterlibatan langsung di lapangan, para peserta belajar tentang empati, gotong royong, kepemimpinan, dan kemandirian. Hal ini menjadi investasi sumber daya manusia muda Jawa Timur dalam membangun bangsa dan berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
  3. Perbaikan sarana sanitasi masyarakat.
    Selain pemugaran rumah, PW juga melakukan pembangunan dan pembenahan MCK, saluran drainase, serta penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dampak nyatanya adalah lingkungan permukiman yang lebih bersih, berkurangnya potensi penyakit berbasis sanitasi, serta meningkatnya kesadaran warga terhadap kebersihan.
  4. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui donor darah dan pemeriksaan gizi gratis.
    Kegiatan donor darah membantu ketersediaan stok darah di PMI, sedangkan pemeriksaan gizi memberikan edukasi serta deteksi dini kondisi kesehatan masyarakat. Hal ini berkontribusi pada ketahanan kesehatan komunitas dan mengurangi risiko malnutrisi.
  5. Penguatan kohesi sosial melalui aksi gotong royong lingkungan.
    Program bersih sungai, bersih desa, bersih selokan, serta pembersihan masjid dan mushola mendorong masyarakat untuk terlibat langsung bersama Pramuka. Hasilnya adalah lingkungan yang lebih bersih sekaligus meningkatnya solidaritas, rasa memiliki, dan kerjasama antarwarga.
  6. Kontribusi terhadap penurunan angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur.
    Pemugaran RTLH dan pemberdayaan masyarakat menjadi bagian dari strategi besar Jatim Sejahtera dan Mulia (Satya). Meski program ini tidak berdiri sendiri, kehadirannya ikut memperkuat pencapaian provinsi yang berhasil menurunkan kemiskinan hingga 89.900 jiwa dalam periode Maret–September 2024.
  7. Model inovasi sosial kepanduan yang berkelanjutan.
    PW 2025 tidak hanya menghasilkan hasil fisik, tetapi juga menjadi model nyata yang sejalan dengan program Scouts for SDGs, Messengers of Peace (MoP), dan Earth Tribe. 

Baik seluruh peserta maupun panitia, dapat mengambil learning project yang didapat melalui kegiatan ini, yaitu:

  1. Penguatan karakter humanis melalui aksi nyata. Terlibat langsung dengan keluarga miskin, anak-anak, dan lansia menumbuhkan empati, mengubah simpati menjadi aksi, serta meneguhkan bahwa pembangunan bangsa adalah tanggung jawab semua warga—nilainya sejalan dengan prinsip dasar kepramukaan dan filsafat humanisme.
  2. Gotong royong sebagai strategi efektif. Kerja lintas wilayah dan pelibatan masyarakat memperlihatkan bahwa kolaborasi—bukan kerja individual—mencapai hasil yang lebih merata dan berkelanjutan, sekaligus memperkaya pembelajaran tim.
  3. Kepemimpinan yang empatik. Ruang inisiatif bagi Penegak–Pandega melatih perencanaan, pengelolaan lapangan, dan tanggung jawab sosial; model kepemimpinan yang dibangun adalah empatik, bukan otoritatif.
  4. Nasionalisme dan etika pelayanan. Bekerja tanpa memandang SARA menumbuhkan cinta tanah air, integritas, kesantunan, kerendahan hati, dan komitmen pada nilai-nilai kebaikan universal.
  5. Perspektif berkelanjutan (SDGs). Kebutuhan dasar seperti rumah layak, sanitasi, dan gizi merupakan pintu masuk memahami pembangunan berkelanjutan lintas generasi. Selaras dengan inisiatif WOSM (Scouts for SDGs, MoP, Earth Tribe) dan kemitraan (UNICEF, UN-Habitat), pembelajaran peserta menjadi menyeluruh (sosial–lingkungan–kemanusiaan).
  6. Institusionalisasi memperluas dampak. Ke depan, proyek giat bakti perlu dijadikan sub program di seluruh kegiatan di Kwarda dan didorong sebagai model nasional, agar seluruh Penegak–Pandega di Jatim mendapatkan kesempatan yang setara untuk belajar dari kehidupan nyata dan menguatkan peran Pramuka sebagai agen transformasi sosial menuju SDGs 2030 dan Indonesia Emas 2045.
Started Ended
Number of participants
6700
Service hours
3048
Beneficiaries
10000
Location
Indonesia
Topics
Humanitarian action
Peacebuilding
Partnerships
Youth Programme
Civic engagement
Growth
Good Governance
Global Support Assessment Tool
Initiatives
Peace and Community Engagement

Share via

Share