PERNYATAAN “TRUMP” MENYAKITI CITA-CITA LUHUR PRAMUKA AMERIKA SERIKAT
Salam Pramuka
Kita semua tahu beberapa bulan yang lalu dengan jumawanya, Presiden Amerika Serikat “Donald Trump” mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa Jerusalem merupakan ibukota negara Israel dan akan memindahkan kedutaan besarnya ke sana. Pernyataan tersebut sontak menimbulkan gejolak di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Di Amerika sendiri, gejolak penolakan juga muncul, namun tidak segencar pada negara lain. Hal tersebut dikarenakan, bagaimanapun itu adalah pernyataan orang nomor satu negaranya dan sebagai warga negara yang “baik” mau tidak mau harus mendukung, walaupun ada beberapa yang terang-terangan mendemo di depan Gedung putih.
Seperti yang kita tahu, Jerusalem merupakan tempat suci bagi tiga agama yang mendiaminya. Islam, Kristen dan Yahudi. Sesuai resolusi PBB (UNESCO), menyatakan hilangnya kedudukan Israel atas kota Jerusalem. Dengan demikian pernyataan Trum sudah melanggar kesepakatan yang sudah ada.
Pergolakanpun terjadi, bahkan hampir ada disetiap negara. Semua memrotes keputusan Trump dan mendesak agar segera menarik keputusannya tersebut. Tentu saja, jika Trump menarik keputusannya tersebut, dia akan merasa kalah. Tidak ada yang rela jika hanya karena seseorang yang jumawa, yang merasa memiliki kekuatan untuk menguasai dunia bertindak semena-mena.
Di Palestina sendiri, hampir setiap detik terjadi pertikaian antara warga sipil Palestina dengan tentara Israel. Seolah tidak kenal menyerah, pemuda-pemuda Palestina melakukan perlawanan terhadap tentara Israel yang bersenjata lengkap. Tentu saja hal tersebut tidak seimbang. Namun begitu, tentara Israel terus saja menggempur wilayah Palestina seakan ingin menguasai seutuhnya.
Cita-cita luhur Pramuka Amerika Serikat tentu saja ternodai dengan adanya hal ini. Setiap pramuka menginginkan adanya perdamaian, hingga kini tercetusnya yang kita sebut Messenger of Peace (MoP) yang berarti pembawa pesan perdamaian. Setiap Pramuka dimanapun dibelahan bumi ini menginingkan yang namanya perdamaian, tidak memandang suku, agama ataupun ras manapun. Kita semua sama dimata Tuhan kita masing-masing. Untukmulah agamamu dan untukku lah agamaku. Demo terjadi dimana-mana tidak jarang berakhir dengan bentrok hanya karena keputusan seorang presiden. Seorang yang juga sama derajatnya dimata Tuhan. Sama-sama manusia, namun jika ada perasaan iri dan dengki sedikit dihati, maka seperti itulah akibatnya. Perdamaian yang sudah lama diimpikan antara kedua negara ( Israel dan Palestina), yang beberapa tahun kemarin gencar perang senjata dan akhir-akhir ini sudah mulai gencatan, akhirnya pecah kembali.
Apalagi dengan adanya hak Veto yang dimiliki oleh Amerika Serikat dalam Dewan Keamanan PBB. Resolusi yang sudah disetujui oleh hampir 95% negara demi terciptanya perdamaian, seolah gugur hanya karena hak veto yang dimiliki oleh Amerika. Bahkan dengan merasa bangganya, Amerika menyatakan akan menghentikan pemberian bantuan kepada negara-negara yang selama ini menerima dana bantuan akan tetapi tidak sejalan dengan pemikiran Amerika.
Dari cerita di atas, penulis ingin menyapaikan betapa pentingnya perdamaian di dunia ini, janganlah merusak perdamaian yang ingin kami (Pramuka dunia) ciptakan hanya karena hasrat ingin menjadi kekuatan yang superior. Kita semua sama dimata Tuhan, yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Tuhan, sudah sepantasnya kita merendahkan hati dihadapan orang-orang dan merendahkan serendah-rendahnya dihadapan Tuhan. Apa yang diberikan pasti suatu saat akan diambil kembali. Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Terima Kasih